Pagi ini
ku terbangun dengan senyum mengembang dibibirku yang mungil. Beranjak dari
tempat tidur dan melihat sinar mentari yang menghangatkan membuatku selalu
bersyukur kepada Sang Pencipta. Semalam papa datang membawa mawar putih di
dalam mimpiku, dia tersenyum memberikannya. Senyum yang selalu membuatku
tenang, senyum yang menguatkan ku dikala aku terjatuh, senyum papa dari surga. Terima
kasih Tuhan, aku bersyukur masih melihat senyum itu walaupun hanya di dalam
sebuah mimpi yang punya akhir saat aku terbangun.
Aku orang
yang pandai bergaul, suka bercanda dan terkenal selalu periang setiap saat, aku
Fania salah satu mahasiswi terkemuka di kota Bandung. Usiaku akan menginjak 19
tahun di bulan depan, papa meninggalkanku ke surga sudah dua tahun yang lalu
saat usiaku 17 tahun. Sebelum papa meninggal dalam sebuah kecelakaan dia
berpesan kepada ku agar aku tak akan berubah dan tetap menjadi Fania yang
periang. Sebagai anak tunggal, aku merasa sangat kehilangan sosok papa yang
selalu menyemangatiku.
Aku
ingat akan pesan papa, tapi itu sangat sulit untuk ku lakukan dalam
kenyataannya. Melamun, tak percaya dan merasa Tuhan tidak adil itulah aku yang
sekarang. Setiap hari mama selalu mencoba menghiburku, walaupun sebenarnya aku
tahu mama sendiri tengah berusaha tegar menghadapi kenyataan ini. Mama, sosok
ibu yang sekaligus menjadi sosok seorang ayah saat ini untukku selalu dan
selalu berusaha membuatku tersenyum mengikhlaskan apa yang telah terjadi. Aku
merasa begitu tenang di pelukannya, tapi aku tak pernah bisa sepenuhnya
mengikhlaskan ini semua. Papa dan mama adalah segalanya bagiku, haruskah Tuhan
mengambil salah satu dari mereka? Mengapa?!
“boleh aku duduk disini?”, suara ini
mengacaukan lamunanku. Saat itu aku tengah melamun di taman sekolahku dulu, aku
menoleh ke arah sumber suaru tersebut.
“iya silahkan”, jawabku singkat melihat seorang anak laki-laki itu duduk di sebelahku.
“aku Rendi, hmm.. aku anak pindahan dari Surabaya, mungkin tadi kamu tahu saat aku perkenalan di depan kelas”, kikuk sekali anak ini menurutku.
“hmm.. yah aku tau kamu anak baru di kelas tadi”
“iya silahkan”, jawabku singkat melihat seorang anak laki-laki itu duduk di sebelahku.
“aku Rendi, hmm.. aku anak pindahan dari Surabaya, mungkin tadi kamu tahu saat aku perkenalan di depan kelas”, kikuk sekali anak ini menurutku.
“hmm.. yah aku tau kamu anak baru di kelas tadi”
Itu
adalah awal perkenalanku dengan sosok Rendi, dia sosok orang yang baik dan begitu
perhatian. Entah mengapa aku merasa dia mengerti keadaanku saat itu dengan
berusaha menghiburku di sekolah. Aku sangat menghargai semua perhatiannya, tapi
entahlah aku belum siap untuk bercerita terlalu jauh kepadanya. Mungkin nanti…
“Fan, kita udah cukup lama temenan.
Bahkan habis ini kita udah mau ujian terus kuliah dan mungkin aja kita akan
jarang ketemu, apa kamu tetep nggak mau cerita tentang masalahmu selama ini? Yah
siapa tahu kalau kamu cerita nanti aku bisa bantu”
“hmm... Ren, kenapa sih Tuhan itu nggak adil sama aku. Dia tega ambil penyemangat di dalam hidupku, dia tega ngebiarin aku hidup sendiri sama mama”
“sorry sebelumnya, maksudnya papa kamu udah meninggal?”
“iya, dia itu penyemangat di hidupku. Tapi kenapa Tuhan tega ambil dia selamanya?”
“Fania, nggak seharusnya kamu ngomong kayak gitu. Tuhan itu nggak pernah kasih cobaan diluar kemampuan kita. Kita hidup berkat Dia dan kita akan kembali kepada-Nya, saat kamu kehilangan sesuatu yang berharga di hidup kamu bukan berarti Tuhan menghancurkan hidupmu. Dia hanya ingin member satu pelajaran yang sangat berharga ke kamu, yaitu ikhlas.”
“aku tahu itu, tapi pada kenyataannya itu sangat sulit. Aku mencoba ikhlas, tapi rasanya hati ini masih belum bisa, aku belum terbiasa dengan tanpa adanya sosok papa. Dia yang selalu menguatkanku saat aku terjatuh, yang selalu memberiku semangat setiap saat, selalu membuat hatiku tenang saat aku gelisah, selalu ada buat aku. Dia begitu berarti buat aku dan mama”
“sebagai anak tunggal, aku mengerti apa yang kamu rasakan. Kamu benar-benar merasa kehilangan sosok yang selalu menjaga dan melindungi kamu. Kalaupun Tuhan ternyata mengirim aku untuk menjadi seperti sosok tersebut, apa kamu akan kembali tersenyum menjalani hidupmu?”
“maksud kamu apa Ren? Nggak akan ada yang bisa gantiin sosok papa”
“aku nggak akan mengganti sosok papa kamu di hidup kamu, tapi aku akan mencoba menjadi orang yang baru di dalam hidup kamu untuk menguatkanmu saat terjatuh, memberimu semangat setiap saat, membuat hatimu tenang saat gelisah dan aku akan berusaha untuk selalu ada buat kamu. Apa aku boleh melakukan semua itu?”
“hmm... Ren, kenapa sih Tuhan itu nggak adil sama aku. Dia tega ambil penyemangat di dalam hidupku, dia tega ngebiarin aku hidup sendiri sama mama”
“sorry sebelumnya, maksudnya papa kamu udah meninggal?”
“iya, dia itu penyemangat di hidupku. Tapi kenapa Tuhan tega ambil dia selamanya?”
“Fania, nggak seharusnya kamu ngomong kayak gitu. Tuhan itu nggak pernah kasih cobaan diluar kemampuan kita. Kita hidup berkat Dia dan kita akan kembali kepada-Nya, saat kamu kehilangan sesuatu yang berharga di hidup kamu bukan berarti Tuhan menghancurkan hidupmu. Dia hanya ingin member satu pelajaran yang sangat berharga ke kamu, yaitu ikhlas.”
“aku tahu itu, tapi pada kenyataannya itu sangat sulit. Aku mencoba ikhlas, tapi rasanya hati ini masih belum bisa, aku belum terbiasa dengan tanpa adanya sosok papa. Dia yang selalu menguatkanku saat aku terjatuh, yang selalu memberiku semangat setiap saat, selalu membuat hatiku tenang saat aku gelisah, selalu ada buat aku. Dia begitu berarti buat aku dan mama”
“sebagai anak tunggal, aku mengerti apa yang kamu rasakan. Kamu benar-benar merasa kehilangan sosok yang selalu menjaga dan melindungi kamu. Kalaupun Tuhan ternyata mengirim aku untuk menjadi seperti sosok tersebut, apa kamu akan kembali tersenyum menjalani hidupmu?”
“maksud kamu apa Ren? Nggak akan ada yang bisa gantiin sosok papa”
“aku nggak akan mengganti sosok papa kamu di hidup kamu, tapi aku akan mencoba menjadi orang yang baru di dalam hidup kamu untuk menguatkanmu saat terjatuh, memberimu semangat setiap saat, membuat hatimu tenang saat gelisah dan aku akan berusaha untuk selalu ada buat kamu. Apa aku boleh melakukan semua itu?”
Sekarang
di setiap pagi aku selalu mensyukuri apa yang ada di dalam hidupku, seorang
mama yang begitu hebat dan seorang Rendy yang sekarang mewarnai hari-hariku
kembali, mengembalikan senyumku kembali. Aku tahu Tuhan itu adil, Dia memang
memanggil papa ke surga tapi Dia juga mendatangkan malaikat yang mampu membuatku
mengikhlaskan semua yang terjadi.
Terima
kasih Rendi, kamu telah mengubah hidupku.
Terima kasih mama, aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia agar papa di surga juga bahagia melihat kita berdua. Aku mencintai kalian semua, aku mensyukuri hidupku.
Terima kasih mama, aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia agar papa di surga juga bahagia melihat kita berdua. Aku mencintai kalian semua, aku mensyukuri hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar